Monday, November 19, 2018

VEGETASI


  Pengertian Komunitas (Vegetasi)
Vegetasi adalah suatu kelompok atau kumpulan komunitas tumbuhan  yang terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat dan saling beriteraksi. Sedangkan komposisi dan struktur vegetasi merupakan fungsi faktor flora, habitat, waktu dan kesempatan. Jadi komposisi dan struktur vegetasi di suatu daerah merupakan resultante atau hasil akhir akibat dari banyak faktor dari masa lampau maupun sekarang
     Formasi Vegetasi
Berdasarkan ukuran keluasan vegetasi dapat dikelompokan dalam beberapa formasi, yang kesemuanya merupakan suatu tipe vegetasi yang sangat luas yang menutupi semua permukaan bumi.
1.    Bioma Hutan Hujan Tropis
Bioma Hutan hujan Tropis memiliki ciri-ciri vegetasi tumbuhan hijau sepanjang tahun, pohon- pohon tinggi, jenisnya sangat banyak, terdapat tumbuhan yang menempel (epifit) dan tumbuhan yang memanjat pohon lain (liana). Terdapat pada daerah Asia, Afrika, Indonesia, dan Amerika Selatan. Bioma hutan hujan tropis terdapat di kawasan garis khatulistiwa di seluruh dunia, seperti Asia tengah termasuk Indonesia, Amerika tengah dan selatan, Afrika, serta Australia. Hutan hujan tropis memiliki temperatur dengan kisaran 25°C per tahun dan curah hujan yang tinggi sekitar 200 cm per tahun. Tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma ini paling beragam dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan yang hidup di bioma-bioma lainnya. Tumbuhan yang khas yang hidup di bioma ini adalah tumbuhan liana (tumbuhan merambat) seperti rotan dan tumbuhan epifit seperti anggrek. Hewan yang khas di bioma ini adalah harimau, badak, babi hutan, dan orangutan.

2.    Bioma Tundra
Bioma Tundra memiliki ciri-ciri vegetasi rumput dan lumut kerak (Lichenes) dan terdapat pada daerah Skandinavia, Rusia, Siberia dan Kanada.


Lanjuan :
https://www.slideshare.net/Niakhairani/makalah-vegetasi-dan-karakteristik

PRAKTIKUM MIKROTEKNIK PREPARAT WHOLE MOUNTH HEWAN


I.       JUDUL : Preparat Whole Mounth Hewan Semut Buah (Polyrhachis boltoni)

II.    TUJUAN :
1.  Mahasiswa dapat mengetahui bentuk keseluruhan hewan-hewan kecil atau organisme-organisme kecil lainnya
2.      Mahasiswa dapat mengaitkan KI dan KD sebagai sumber belajar

III. METODE
3.1   Alat dan Bahan :
3.1.1        Alat :
1.      Botol flakon
2.      Gelas arloji
3.      Kaca penutup
4.      Kaca benda
5.      Mikroskop
6.      Pipet tetes
7.      Stopwatch
8.      Tissu

3.1.2        Bahan :
1.      Semut Buah (Polyrhachis boltoni)
2.      KOH
3.      Asam Asetat 10%
4.      Aquades
5.      Alkohol 50%, 70%, 80%, 100%
6.      Xylol
7.      Minyak cengkeh
8.      Enthelen

3.2  Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan Alat dan Bahan
2.      Memasukan Dolichoderus thoracicus ke dalam botol flakon
3.      Mefiksasi Dolichoderus thoracicus dengan KOH selama 24 jam
4.      Memindahkan Dolichoderus thoracicus di gelas arloji
5.      Mencuci dengan aquades selama 10 menit
6.      Menyerap aquades dengan menggunakan tissu
7.      Menetesi asam asetat 10% selama 30 menit
8.      Menyerap asam asetat 10%  dengan menggunakan tissu
9.      Mendehidrasi alkohol 50%, 70%, 80%, 100% dan 100% masing-masing selama 10 menit
10.  Menyerap alkohol 50%, 70%, 80%, 100% dan 100% dengan menggunakan tissu
11.  Menetesi minyak cengkeh selama 30 menit
12.  Menyerap minyak cengkeh dengan menggunakan tissu
13.  Menetesi xylol selama 30 menit
14.  Memindahkan ke kaca benda
15.  Menata Dolichoderus thoracicus dengan benar
16.  Mengamati preparat dengan menggunakan mikroskop
17.  Menetesi xylol sebelum kering

18.  Menambahkan enthelen langsung ditutup dengan kaca preparat

a.      Hasil Praktikum
       Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada preparat whole mounth hewan pada Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) di dapatkan bagian-bagian dari Semut hitam (Dolichoderus thoracicus) yaitu chepal, thorax dan abdomen. Bagian cephal merupakan bagian kepala dimana bagian ini terdapat sepasang antena dan mandibles. Antena yang berfungsi sebagai merasakan getaran bunyi, menyentuh dan membau sedangkan mandibles berfungsi membawa makanan. Bagian thorax terdiri dari alat ekstremitas yaitu femur, tibia, tarsus dan tarsal craw. 
         Menurut Kurniawan (2017), tubuh semut terdiri atas 3 bagian yaitu kepala, mesosoma (dada) dan metasoma. Antena semut digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu rahang atau mandibula yang terdapat pada semut berfungsi sebagai pembawa, manipulasi objek, membangun sarang dan untuk pertahanan dan juga minyak cengkeh menyebabkan sediaan utuh semut menjadi terwarnai cokelat.
b.      Hasil Pewarnaan
Pembuatan preparat whole mounth hewan tidak menggunakan pewarnaan tetapi menggunakan minyak cengkeh. Minyak cengkeh sendiri berfungsi untuk menjernihkan bagian utuh tubuh dari supaya mudah diamati di bawah mikroskop.
Menurut Gunarso (1989), kebaikan minyak cengkeh adalah karena hanya menyebabkan pengkerutan tisu yang relatif kecil. Zat ini langsung digunakan setelah proses dehidrasi dengan alkohol 95%. Minyak cengkeh mudah berubah sejalan waktu dan warna, dapat segera berubah warna dari kuning menjadi kecoklatan.
c.       Cara Kerja Praktikum
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan terdapat langkah-langkah dalam pembuatan yaitu Langkah pertama dalam pembuatan preparat  Wholemount yang harus dilakukan adalah memasukan Dolichoderus thoracicus ke dalam botol flakon dan menetesi dengan KOH selama 24 jam. Setelah 24 jam Dolichoderus thoracicus dikeluarkan dan di taruh di dalam gelas arloji kemudian dicucinya  dengan aquades. Setelah itu ditetesi dengan asam asetat 10% selama 30 menit dan dilakukan pencucian dengan menggunakan aquades 10 menit. Tahapan yang telah di lakukan dinamakan proses Fiksasi. Fiksasi berfungsi untuk mematikan atau menghentikan proses-proses metabolisme jaringan cepat sehingga keadaam sedikit banyak mendekati keadaan asli. Fiksatif yang digunakan pada whole mount hewan menggunakan asam asetat.
Menurut Effendi (1997) dalam Pratama (2011), bahan-bahan lain yang dapat digunakan sebagai fiksatif antara lain asam asetat, asam pikrat, asam kromik, potassium dikromat, merkuri klorida, kadmium klorida, kobalt nitrat, osmium tetrasoksida, dan aseton
Langkah kedua yaitu dengan menghidrasi alkohol 50%, 70%, 80%, 100% dan 100% masing-masing selama 10 menit. Tahapan ini dinmakan dehidrasi. Dehidrasi dilakukan untuk mengeluarkan air yang ada di dalam jaringan dengan menggunakan alkohol.
Dehidrasi merupakan merupakan proses mengeluarkan air dalam jaringan/ tisu dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Tujuan dehidrasi yaitu untuk mengeluarkan seluruh cairan yang terdapat dalam jaringan yang telah difiksasi (Pratiwi, 2015).
Langkah ketiga (Langkah terakhir) yaitu dengan menetesi minyak cengkeh selama 30 menit dan menetesi xylol selama 30 menit setelah itu memindahkan ke kaca benda untuk dilakukan pengamatan di mikroskop, sambil melakukan pengamatan ditetesi xylol agar preparat tidak kering dan ditambahkan enthelen dengan kaca penutup. Langkah ini disebut dengan penjernihan dan penempelan.
Penjernihan memiliki arti mudah dilihat karena transparan media untuk menjernihkan jaringan. Penjernihan merupakan menggantikan tempat alkohol dalam tisu/jaringan. Penempelan dengan menggunakan enthelen berfungsi untuk mengawetkan/ menempelan preparat didalam kaca benda agar tidak bergeser jika diamati lain waktu lagi (Harijati, 2017)
Menurut Sartiami (2008), metode whole mounth hewan dilakukan dengan langkah-langkah yaitu maserasi, dehidrasi, mounting, pelabelan, dan penyimpanan preparat.
1.        Maserasi. Pemilihan spesimen acuan. Kemudian dipindabkan kedalam cawan sirakus berisi akuades dan direndam selama satu jam. Selanjutnya dilakukan perendaman dalam larutan NaOH 2,5% se!ama 16 jam. Kemudian spesimen dipindahkan dari larutan NaOH ke dalam aquades dan direndam kembali selama 2 jam. Spesimen ditekan secara perlahan dengan bantuan jarum inokulasi agar isi tubuhnya keluar dan menyisakan bagianbagian penting inilegumen kerangka tubuh guna keperluan identifikasi dan deterrninasi. Selanjutnya, dilakukan penyimpanan spesimen dalam alkohol 60% selama 16 jam
2.        Dehidrasi. Pada tahap spesimen dipindahkan dan direndam secara bertahap berturut turut ke dalam larutan alkohol 60%, 70%, 80%, 90%, dan alkohol 95% selama 1 jam, 1 jam 20 menit, 10 menit,dan 5 menit. Kemudian spesimen pindahkan ke dalam alkohol absolut barn. Tahap terakhir yaitu dilakukan perendaman spesimen ke dalam minyak cengkeh selama 30 menit sebelum mounting.
3.        Mounting. Tahapan mounting dilakukan dengan cara menata posisi tubuh dan embelan spesimen trip di atas penutup objek gelas berdiameter 13mm, yang telah ditetesi larutan balsam Kanada. Spesimen trips diambil dan dipindahkan dari rendaman minyak cengkeh dan diletakkan pada posisi terlentang diatas gelas tersebut. Kemudian bagian tungkai, sayap, dan antena direntang pada bagian antena dan tungkai individu trips dilakukan perentangan dengan bantuan jarum preparat. Selanjutnya tepat bagian tengah, gelas objek ditumpangkan diatas spesimen secara perlahan dan dilakukan pembalikkan dengan segera, sehingga posisi spesimen berubah menjadi tertelengkup diatas gelas objek. Gelas objek yang telah berisi whole mount trip dipanaskan diatas Hot-plate bersuhu 50°C sampai media pengawet balsam Kanada keri.
4.        Pe1abelan preparat. Kertas stiker label berisi keterangan tanaman inang, lokasi, tanggal, dan nama kolektor (kode nomor) dilekatkan diatas gelas objek pada posisi disebelab kanan spesimen dan label berisi keterangan jenis kelamin, morfologi, genus, dan nama spesies yang disertai nama author dileketkan disebelah kiri spesimen.
5.        Penyimpanan preparat mikroskop. Ge!as objek yang berisi preparat awetan whole mount trips disusun dan disimpan da!am boks preparat standar dengan kapasitas I 00 preparat dan diletakkan di dalam lemari yang terletak di ruang ber AC.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan terdapat perbedaan langkah kerja praktikum dengan penelitian oleh Sartiami (2008), perbedaan ini tampak jelas di antara lain dalam praktikum yang telah di praktikum ada langkah fiksasi dalam metode whole mounth hewan tetapi dalam penelitian sebelumnya terdapat langkah maserasi, hal ini menjadi pembeda antara praktikum whole mounth hewan yang sudah di praktikumkan dengan metode dalam penelitian.
d.      Kesulitan dan Faktor Penyebab Kegagalan dalam Praktikum
Kesulitan dan faktor penyebab kegagalan dalam praktikum yang ditemui saat praktikum pada metode whole mounth hewan yaitu hewan yang digunakan begitu lincah dan gemar berlari. Sebelum dimasukan ke botol flakon hewan tersebut lari-lari yang menyulitkan praktikan untuk dimasukan ke botol flakon. Kesulitan selanjutnya yaitu pada semut itu sendiri termasuk semut buah yang warnanya hitam. Hal ini menyulit dikarenakan proses penjernihan yang membutuhkan waktu lama untuk memudarkan warna semut tersebut. Kesulitan berikutnya  yaitu meletakan bahan meletakan bahan ke kaca benda yaitu setiap bagian dari hewan tidak ada yang boleh cacat dan harus berbaring ke samping. Hal ini karena akan mempengaruhi hasil pengamatan di bawah mikroskop. Metode whole mounth mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan metode ini adalah dapat mengamati seluruh bagian hewan dengan jelas tiap bagian-bagiannya. Sedangkan kelemahannya adalah metode ini hanya bisa dilakukan pada hewan dengan ukuran yang kecil saja tidak bisa hewan yang besar 
Lanjutan :

Thursday, April 6, 2017

Benda-Benda ergastik


Zea mays

Ipomea batatas

Manihot Uttilisima (Melintang)

Plectrantus scutellacoides

Sansiveria

Begonia sp

Solanum tuberosum

Aloevera

Citrus sp

Bentuk-Bentuk Sel dan Bagian Sel yang Hidup



Bambu Rezeki Folium Dranceane reflexa

Puring Codiaeum variegatum

Singkong Caulis Manihot uttilissima

Bawang Merah Allium cepa

Kapuk Ceiba pentandra Aquades

Kapuk Ceiba pentandra Alkohol

Kapas Gossypium sp

Hydrilla sp

Glodokan Folium Polyalthia longifolia

Spirogyra sp